Thursday, July 15, 2010

sebuah prolog ^^

Universitas kita
Padjadjaran tempat bernaung
Insan abdi masyarakat
Pembina nusa bangsa


Sebuah lantunan lagu yang pasti akrab di telinga setiap civitas akademika di Universitas Padjadjaran. Termasuk saya dan seluruh warga Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Ada yang saya sangat suka dari lantunan lirik ini. Baris ketiga, insan abdi masyarakat.

Pengabdi masyarakat, itulah salah satu identitas mahasiswa yang sudah melekat di setiap individunya sejak mereka menyandang status mahasiswa. Disini, di FK UNPAD, sebuah pengabdian masyarakat merupakan sesuatu yang sangat akrab ditelinga. Setiap sudut menggaungkan kata pengabdian, terutama pengabdian masyarakat.

Seperti yang kita tahu kalo saat ini, Indonesia sedang menjadi langganan dari bencana. Apapun becananya, tempatnya Indonesia. dari bencana skala kecil yang hanya menimbulkan kerusakan yang tidak parah dan dapat diperbaiki sendiri, sampai bencana skala besar yang menyebabkan terjadinya kerusakan yang hebat dan membutuhkan banyak waktu, dana dan tenaga dalam rekonstruksi dan rehabilitasinya. Bahkan dapat juga menyebabkan terjadinya second disaster.

Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu factor terjadinya banyak bencana di negeri kita adalah kondisi geografis Indonesia yang memang sangat memungkinkan terjadinya bencana. Seperti misalnya, di Indonesia masih banyak terdapat gunung berapi yang statusnya aktif. Lalu, posisi Indonesia juga memungkinkan sekali untuk terjadinya gempa.

Menjadi seorang mahasiswa FK UNPAD membuat saya sadar bahwa salah satu bantuan yang paling dan sangat dibutuhkan saat terjadi suatu bencana adalah emergency medic. Bahkan sebuah badan siaga bencana di suatu Negara asing berkata bahwa Indonesia adalah tempat yang sangat pas untuk menimba pengalaman dalam hal emergency medic. Mungkin dikarenakan bencana yang terlalu sering menghantui. Oleh karena itu, saya melihat begitu besarnya peluang mahasiswa kedokteran untuk memberikan kontribusinya, untuk mengabdikan dirinya pada saat terjadi bencana, dengan memberikan bantuan sesuai dengan kompetensi yang kita miliki.

Tidak semua orang tertarik, tidak semua orang berani untuk terjun langsung ke lapangan saat bencana. Butuh niat, butuh keberanian, butuh kompetensi, butuh pengalaman, dan butuh hati.

Pada teorinya, siklus penanggulangan bencana terbagi dalam tiga fase. Fase pencegahan bencana, fase tanggap bencana, dan juga fase pasca bencana.

Dalam fase tanggap bencana, yang akan sangat berguna adalah kompetesi dalam emergency medic. Selain pertolongan yang diberikan kepada korban, fase ini juga meliputi pencarian para korban hilang, serta penyediaan sandang dan pangan dan juga sanitasi. Pada fase ini lokasi korban membutuhkan tim yang kompeten serta cekatan dalam melakukan tugasnya. Petugas-petugas dengan kompetensi Basic Life Support, resusitasi dan stabilisasi, serta Damage Control Surgery sangat diharapkan kehadirannya pada fase tanggap bencana. Kompetensi yang cukup sangat dituntut dikarenakan sedikit kesalahan dapat menimbulkan kerusakan yang lebih jauh atau bahkan dapat menyebabkan second disaster.

Selanjutnya fase pasca bencana, aspek rekonstruksi dan rehabilitasi menjadi fokus utama. Pembangunan sarana dan prasarana menjadi fokus kegiatan, namun sebenarnya beberapa sistem sosialnya perlu ditata ulag agar dapat berjalan kehidupan sehari-hari seperti sedia kala. Aspek perekonomian dan juga pelayanan public harus sesegera mungkin diperbaiki. Untuk ranah kesehatan, mungkin kita dapat melakukan pendataan terhadap kerusakan yang terjadi dan juga dapat melakukan pendataan terhadap kebutuhan warga yang masih belum terpenuhi. Selain itu kita juga dapat membantu pembangunan sarana dan prasarana kesehatan yang rusak. Bencana memberikan dampak yang buruk pada mental penduduk dan mengingat harta benda mereka yang habis juga merupakan stressor yang dapat membuat seseorang agak ‘terganggu’, sehingga pendekatan personal kepada para korban, terutama kepada anak-anak untuk sekedar meringankan beban yang mereka tanggung, juga dapat kita lakukan.

Pada fase pencegahan becana, setidaknya ada usaha untuk mencegah terjadinya bencana, mitigasi bencana, dan juga pencerdasan kepada masyarakat tentang bencana agar mereka dapat menolong diri mereka sendiri atau keluarga mereka saat bencana terjadi atau setidaknya mengurangi sedikit kepanikan yang melanda saat terjadi bencana. Dapat juga dilakukan simulasi bencana kepada masyarakat. Selain itu, masyarakat juga dapat dijelaskan mengenai early warning dari terjadinya suatu bencana baik yang tradisional maupun yang modern. Sistem informasi juag harus terus dibangun agar saat terjadi bencana, beritanya dapat langsung tersebar sehingga dapat langsung mendapatkan pertolongan.

Di padang, terdapat sebuah instansi langsung dibawah koordinasi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, yaitu Emergency Rescue and Response FK UNAND , sebuah badan yang terdiri dari para mahasiswa yang tergabung dalam banmed-banmed di Fk UNAND dan juga pihak fakultas, yang turut serta melakukan siklus penanggulangan Gempa Padang. Sejak awal bencana itu terjadi, sampai saat ini ketika mereka membantu rekonstruksi dan rehabilitasi daerah gempa.

Di Surabaya, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga melakukan hal yang serupa. Mereka membentuk Disaster Rescue Team yang siap diluncurkan ketika bencana-bencana terjadi di sekitar mereka. Bahkan mereka sudah mendapatkan sebuah pelatihan International Training Consortium on Disaster Risk Reduction yang bekerjasama dengan WHO dan juga DepKes RI.

Bahkan rekan kita, FK Maranatha juga sudah sukses dengan crisis centernya.

Lalu kita? Satu-satunya Fakultas Kedokteran Negeri di Jawa Barat, apakah sudah bertindak sejauh itu? Apakah pernah punya mimpi kea rah sana? Apakah kita juga ingin menciptakan suatu alur koordinasi yang rapi agar pertolongan yang kita berikan kepada para korban itu menjadi efektif dan efisien? Sudah siapkah kita? Sudah mampukah kita? Adakah hati kecil ini masih hidup untuk bergerak bersama?

Thursday, July 8, 2010

mahasiswa?

sebuah tulisan yang harusnya dibuat sekitar 5 buan yang lalu. Sebuah tulisan hasil tantangan seseorang. Sebuah tulisan yang mungkin menggambarkan sejauh mana saya memandang status mahasiswa. Sebuah tulisan yang mungkin menunjukan sejauh mana idealism saya sebagai seorang mahasiswa. Sebuah tulisan yang dibuat dengan semangat yang membara. Sebuah tulisan yang dibuat dengan harapan dapat menginisiasi sesuatu, setidaknya inisiasi untuk semangat di dalam hati kecil kalian, mahasiswa..


suatu hari saya bertanya pada seseorang, “kak, sebenernya peran mahasiswa itu apa aja si?”


kemudian orang yang saya Tanya hanya menjawab, “mau dijelasin? Kalo gitu namanya bukan mahasiswa”


dari situ saya tertantang untuk mencari jawabannya sediri. Setelah membaca berbagai sumber dan menarik kesimpulan, lalu memikirkan sedikit bagaimana menurut saya, akhirnya saya memberanikan diri untuk bertemu lagi ke orang itu.


“kak, boleh diskusi? Saya sudah sedikit tahu, sekarang butuh pemahaman.”


“saya lagi sibuk de, kamu tulis aja, nanti saya baca sejauh mana kamu ngerti dan baru deh kita diskusi. Oke?”


Akhirnya saya Cuma garuk-garuk kepala, lalu selesai saja sudah sampai disitu topic itu.


***


Mahasiswa. Ketika kata itu dihadapkan kepadamu, maka apa yang akan kamu pikirkan? Setiap orang pasti punya pemikiran yang berbeda mengenai kata ini.


1. Oh, mahasiswa mah orang-orang pinter, sekolahnya tinggi. Bapaknya punya duit banyak jadi dia bisa sekolah tinggi. (jawaban versi orang berpendidikan rendah yang tidak mengetahui urgensi pendidikan dan tidak punya uang)


2. Mahasiswa itu tukang demo, bikin kerusuhan, bikin macet jalanan, ngerusak barang-barang. (jawaban versi orang yang tukang nonton berita, tapi langsung nelen bullet-bulet beritanya tapa dipikir ulang)


3. Mahasiswa? Oh mereka orang-orang yang kerjaannya pulang malem, sabtu minggu ga pernah ada di rumah, jarang punya waktu buat adik-adiknya. Kalo pulang sampe rumah tidur doing sama minta duit. (jawaban versi adeknya seorang mahasiswa yang mungkin organisatoris parah atau malah yang kerjanya Cuma jalan-jalan doing.)


4. Mahasiswa itu satu-satunya kaum yang berani nentang pemerintah. (jawaban versi orang yang suka nonton berita dan baca Koran yang selalu baik sangka sama mahasiswa)


5. Mahasiswa mah itu yang suka bantu-bantu di desa ini. Da baik mereka mah (jawaban seorang ibu rumah tangga di sebuah desa yang menjadi target desa binaan oleh sekelompok mahasiswa)


6. Mahasiswa itu satu periode waktu buat lo seneng-seneng dan bebas tanpa aturan. (jawaban seorang mahasiswa tukang main)


7. Mahasiswa itu agent of change, iron stock, moral force, dll. (jawban seorang organisatoris yang sering dicekokin materi beginian *termasuk saya*)


8. Dll.


Satu kata itu saja bisa menimbulkan banyak interpretasi tergantung orangnya menilai dari sisi apaa, kepada mahasiswa yang bagaimana, dan bagaimana orang yang menilai itu sendiri. Lantas, bagaimana dengan peran mahasiswa? Orang definisinya aja susah dan ga pasti begitu.


Karena saya mahasiswa, maka saya akan mencoba untuk menjabarkannya secara intelek *sedikit intelek maksudnya :D*


Sebenarnya, menurut berpuluh-puluh mahasiswa yang saya tanyakan, ada satu kata yang selalu saya dengar, idealisme. Seorang mahasiswa, pasti punya idealitas, tapi kadarnya sampai mana itu yang tergantung pada setiap orangnya.

Kita bisa menelaah lagi saat zaman prakemerdekaan, kemerdekaan, dan pasca kemerdekaan. Sebut saja peran Boedi Oetomo tahun 1908, sumpah pemuda tahun 1928, dan puncaknya saat kemerdekaan tahun 1945. Disana dapat kita temukan beberapa momen yang diciptakan oleh mahasiswa, yang berujung pada harumnya nama mahasiswa. Pada saat itu, posisi mahasiswa sangat eksklusif dan krusial, dimana sebagian besar dari mereka adalah para pelopor atau motor. Pembakar semangat kepemudaan, pencipta ide-ide segar dan ekstrim, dan gerakan-gerakan lain yang mendorong terus penciptaan sebuah kemerdekaan.


Dapat dilihat juga pada zaman peruntuhan rezim orde baru dan orde lama, diamana inisiasi langkah awal penjatuhan tersebut berasal dari mahasiswa. Walaupun banyak elemen pemerintahan yang pro reformasi dan dalam pelaksanaannya, semua lapisan masyarakat turut serta, tetap saja mahasiswa merupakan ujung tombak perjuangan. Maka pantas, ketika seorang mahasiswa disebut sebagai agent of change dan social control untuk negaranya.


Secara moralitas, mahasiswa harusnya dapat berbuat lebih baik dari yang lainnya, hal ini dikarenakan dasar mereka sebagai kaum intelektual. Selain itu, mahasiswa juga dituntut untuk peka terhadap semua hal yang terjadi di lingkungannya. Hal itu dikarenakan mereka adalah calon kader masa depan yang harus belajar mulai saat ini bagaimana cara menghadapi, mengayomi, dan mensejahterakan rakyat dari sekarang.


Mahasiswa juga berhak melakukan kritisi terhadap pemerintahan yang berjalan tidak sesuai dengan aturan yang sudah diberlakukan. Dan sebagai wujud kepeduliannya terhadap masyarakat, maka mahasiswa juga diharapkan dapat melaukan pengabdiannya kepada masyarakat dengan sungguh-sungguh. Pengabdian dapat dilakukan dalam bidang apa saja. Ir. Rachmat Witoelar berkata bahwasanya ilmu yang didapat di pergruan tinggi itu hanyateknis semata, sementara pengabdian masyarakat adalah suatu hal yang essensial.


Dalam bidang teknologi, sebagai agent of change mahasiswa harusnya dapat membawa inovasi inovasi baru terhadap perkembangan teknologi yang memang masih minim di Inodnesia. Analisis terhadap keadaan di suatu masyarakat oleh mahasiswa juga dapat berlanjut pada tahap aksi pengubahan masyarakat itu menjadi lebih baik (peningkatan status kehidupan), hal ini merupakan kontribusi mahasiswa dalam bidang social. Dan masih banyak lagi yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk negaranya.


***


Hehe. Segitu saja dulu tulisan tentang ini. Berlanjut ke part2 J