siang ini, setelah mencoba lagi untuk menjejalkan segala macam bentuk textbook ke dalam otak yang lagi sakit setengah mati dari kemarin, akhirnya menyerah sebentar. ingin menulis sebentar, kangen juga ternyata setelah berhari-hari mencoba tidak produktif.
saat ini lagi asyik sama segala macam pikiran-pikiran liar yang tumbuh sejak selesai mendengarkan "kuliah" dari seorang bapak (merasa tua ga? :D) kemarin kuliahnya banyak membahas tentang kaderisasi. dan itu pun yang sedang saya pikirkan sekarang.
mungkin kemarin sudah dijawab ya pertanyaan saya tentang kaderisasi dan dampak darinya dimana timbul sekumpulan orang bermindset sama untuk melanjutkan sesuatu yang kemarin dibahasakan dengan "program". iseng-iseng aja, beberapa saat sebelum menulis ini saya melakukan beberapa riset (haha gaya banget kan. padahal mah cuma baca ^^) tentang kaderisasi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kaderisasi berarti proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader. kalau saya boleh mengartikan secara sederhana, kaderisasi itu adalah proses pencarian pengganti. artinya seseorang yang duduk di sebuah organisasi akan mengalami masa dimana dia harus mencari seorang pengganti yang akan dipersiapkannya untuk meneruskan perjuangannya di organisasi tersebut. (hilangkan kerutan di dahimu, teman :D)
Kaderisasi menurut islam diartikan sebagai usaha mempersiapkan calon-calon pemimpin hari esok yang tangguh dalam mempertahankan dan mengembangkan identitas khairu ummah, umat terbaik. Ini sesuai dengan seruan Allah dalam Al-Qur’an.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran : 110)
"menanam untuk menumbuhkan" ya menurut saya itu adalah konsep sederhana dari sebuah kaderisasi. Bung Hatta pernah berkata bahwa Kaderisasi sama halnya dengan menanam bibit. untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, seorang pemimpin pada masanya harus menanam.
kalau begitu maka akan tercipta dua golongan manusia ketika kita berbicara perihal kaderisasi. yang pertama adalah PELAKU KADERISASI, yaitu sekelompok orang yang terhimpun dalam sebuah organisasi yang memiliki fungsi, tujuan, tugas, dan kebijakannya dan juga melakukan fungsi REGENERASI. sedangkan yang kedua, adalah SASARAN KADERISASI. mereka adalah individu-individu yang dipersiapkan untuk meneruskan perjuangan visi dan misi organisasi tersebut sesuai dengan koridornya.
Sebagai subyek atau pelaku, dalam pengertian yang lebih jelas adalah seorang pemimpin. Bagi Bung Hatta, kaderisasi sama artinya dengan edukasi. Tugas pertama-tama seorang pemimpin adalah mendidik. Jadi, seorang pemimpin hendaklah seorang yang memiliki jiwa dan etos seorang pendidik. Memimpin berarti menyelami perasaan dan pikiran orang yang dipimpinnya serta memberi inspirasi dan membangun keberanian hati orang yang dipimpinnya agar mampu berkarya secara maksimal dalam lingkungan tugasnya.
Sedangkan sebagai sasaran dari proses kaderisasi, sejatinya seorang kader memiliki komitmen dan tanggung jawab untuk melanjutkan visi dan misi organisasi ke depan. Karena jatuh-bangunnya organisasi terletak pada sejauh mana komitmen dan keterlibatan mereka secara intens dalam dinamika organisasi, dan tanggung jawab mereka untuk melanjutkan perjuangan organisasi yang telah dirintis dan dilakukan oleh para pendahulu-pendahulunya. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam hal kaderisasi adalah potensi dasar sang kader. Potensi dasar tersebut sesungguhnya telah dapat dibaca melalui perjalanan hidupnya. Sejauh mana kecenderungannya terhadap problema-problema sosial lingkungannya.
Subyek harus mampu menawarkan visi dan misi ke depan yang jelas dan memikat, serta menawarkan romantika dinamika organisasi yang menantang bagi para kader yang potensial, sehingga mereka dengan senang hati akan terlibat mencurahkan segenap potensinya dalam kancah organisasi. Untuk dapat menjalankan peran tersebut, maka organisasi atau sebuah pergerakan harus terlebih dahulu mematangkan visi-misi mereka; dan termasuk sikap mereka terhadap persoalan mendesak dan aktual kemasyarakatan; serta pada saat yang sama tersedianya para pengkader yang handal, untuk menggarap bibit-bibit potensial tadi. Kader-kader potensial, setelah mereka memahami dan meyakini pandangan dan sistem yang telah diinternalisasikan, maka jiwanya akan terpacu untuk bekerja, berkarya dan berkreasi seoptimal mungkin.
Kaderisasi merupakan kebutuhan internal organisasi yang tidak boleh tidak dilakukan. Layaknya sebuah hukum alam, ada proses perputaran dan pergantian disana. Namun satu yang perlu kita pikirkan, yaitu format dan mekanisme yang komprehensif dan mapan, guna memunculkan kader-kader yang tidak hanya mempunyai kemampuan di bidang manajemen organisasi, tapi yang lebih penting adalah tetap berpegang pada komitmen sosial dengan segala dimensinya.
kembali meninjau pedoman hidup kita sebagai seorang muslim..
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S. Ash-Shaff : 2-3)
mungkin seperti yang bisa kita lihat beberapa waktu belakangan ini, kebanyakan pemimpin itu hanya memerintah tanpa memberi contoh atau setidaknya melakukan apa yang dikatakannya. terkadang itu yang membuat suatu kaderisasi gagal. karena, para sasaran kaderisasi tersebut juga bukan orang bodoh yang tidak punya rasional dan tidak punya ego untuk tidak melakukan apa yang diperintahkan ketika pemimpin tersebut juga tidak melakukannya. seperti contohnya, seorang pemimpin memerintahkan kepada semua calon kader untuk mengumpul di lapangan jam 4.30, sedangkan si pemimpin itu pada pukul 4.35 masih entah dimana keberadaannya. bagaimana calon kadernya bisa berbuat seperti itu ketika pemimpinnya pun tidak bisa? Rasulullah, dalam mengkader, tidaklah sembarangan. Beliau melakukan apa yang ia katakan. Sehingga kadernya menjadi taat dan melaksanakan apa yang beliau serukan.
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”
(Q.S. Ash-Shaff : 4)
Rasulullah Muhammad saw merupakan contoh pemimpin luar biasa yang sangat layak kita contoh sistem kaderisasinya. Melalui tangan dingin nya pengaruh islam menyebar keseluruh pelosok dunia hanya dalam tempo 23 tahun sejak kerasulannya. Kader-kadernya banyak mencatatkan tinta emas dalam sejarah kehidupan manusia. Sebut saja Umar bin Khattab, ketika menjadi khalifah pengaruh islam semakin kuat. Hal ini terbukti dengan banyaknya daerah kekuasaan islam saat itu. Daerah kekuasaan Kekaisaran Byzantium dan Persia yang meliputi Palestina, Suriah, Iran, dan Turki tak luput dari penguasaan umat islam. Sampai saat ini kader – kader Rasulullah terus bermunculan, meneguhkan keberhasilan sistem kaderisasi Rasulullah.
Selanjutnya Rasulullah dalam melakukan kaderisasi selalu teratur dan terencana. Contoh diatas sudah cukup membuktikan bahwa kaderisasi yang beliau bangun selalu terencana dengan sangat baik. Disinilah dibutuhkan ilmu manajemen organisasi, hal ini penting untuk menjaga agar kaderisasi tetap berlangsung. Jika manajemen organisasinya lumpuh maka hampur dapat dipastikan kaderisasinya juga akan lumpuh.
Setelah kita melakukan apa yang kita katakan lalu direncanakan dengan rapi maka selanjutnya peran pemimpinlah yang menentukan. Kaderisasi yang sukses tidak lepas dari peran pemimpin yang menjalankan tugas dengan baik.
okay. jadi ketika melakukan sebuah kaderisasi, maka harus diperhatikan dengan seksama yaitu seorang pemimpin, kalian para pelaku kaderisasi, mereka sasaran kaderisasi, konsep kaderisasi, dan cara kalian melakukan kaderisasinya.
Wallahu a'lam bishshawab..
(ah, kenapa jadi berat gini yaa?)
refferences :
-eramuslim.com
-informatika online journal
-Rialta Hamda
-Dani Ferdian
Monday, January 4, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
yapp...
saya juga benar-benar berkaca pada kaderisasi yang dibuat oleh Rasulullah saw., bagaimana tidak, dari 14 abad tahun yang lalu hingga sekarang kader-kadernya terus tumbuh, walaupun dakwah Islam sendiri mengalami pasang surut, wajar terjadi di setiap perkembangan pemikiran...sebagai sasaran kaderisasi, saatnya untuk "menikmati" pendidikan yang akan diberikan oleh kader sebelumnya,di situlah proses pembelajaran dan perkembangan terbuka seluas mungkin...tidak banyak lembaga atau orang-orang yang bisa memelihara sistem yang telah dibangunnya...kebanyakan suatu kekuatan muncul karena figuritas (sering terjadi di kepemimpinan di Indonesia)...so, jangan sia-siakan kaderisasi yang sedang kita "nikmati", apa yang dicitakan, harapan untuk berkembang dan menjadi "seseorang" masih sangat luas :)
Post a Comment